Satu Sekolah, Sejuta Asa Indah
“Satu Sekolah, Sejuta Asa Indah”
Community Learning Center (CLC)
Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) 12 Giram berlokasi di Ladang Giram,
Kunak, Tawau, Sabah, Malaysia. Berada di kawasan perusahaan sawit Sime Darby Plantation, gedung sekolah kami
dapat dituju dengan melewati jalanan pasir berbatu ala ladang sawit sejauh kurang lebih 1 km. Semenjak tahun 2011
hingga sekarang, sekolah kami berpindah dari gedung dewan ke gedung permanen
bersama dengan sekolah Humana 128 Giram. Kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung kondusif di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Pusat Giram dengan sarana
dan prasarana yang tersedia. Meskipun peran serta perusahaan dan masyarakat
sekitar tidak terlalu aktif, akan tetapi suasana yang kooperatif tetap dapat
terjaga.
Akses sekolah bagi anak-anak Indonesia di sekitar CLC
SMPT 12 Giram dan beberapa TKB nya, belum sepenuhnya terwujud. Khususnya di TKB
Koko Intan yang berada di kawasan non ladang (ladang persendirian/non
perusahaan), beberapa anak usia sekolah belum menerima layanan pendidikan yang
semestinya. Disana terdapat kebijakan pemilik (toke) yaitu aturan bahwa anak-anak dari ladang tertentu saja yang
diperbolehkan belajar di bangunan sekolah di TKB Koko Intan. Dampak yang
terjadi ialah munculnya dinding pembatas antara anak-anak Indonesia dengan
akses layanan pendidikan. Sungguh problematika yang cukup mengganggu di tengah
upaya pemerintah Indonesia menggenjot program
pemerataan serta peningkatan kualitas pendidikan kita.
Peran
pendidik sebagai edukator dan
faslitator memegang peranan penting guna memperjuangkan akses pendidikan untuk
anak-anak Indonesia tanpa terkecuali. Beberapa upaya pendekatan dilakukan
dengan pihak pemilik ladang terkait kebijakan yang dibuat. Tatap muka dan
diskusi dengan pemilik ladang Koko Intan belum memperoleh titik temu yang
menguntungkan nasib anak-anak kita. Pelibatan koordinator penghubung dalam
penyelesaian masalah ini baru sebatas pelaporan hambatan kepada koordinator
penghubung wilayah Tawau. Dengan harapan dapat diperoleh solusi yang berpihak
pada terbukanya akses sekolah bagi anak-anak Indonesia tersebut.
Berada
di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai buruh ladang
dengan pendidikan yang rendah. Memberi dampak psikologis tersendiri bagi
anak-anak Indonesia usia sekolah. Jaminan company
ladang memberikan rumah yang layak hanya dengan syarat salah satu anggota
keluarga haruslah bekerja untuk ladang menjadikan mental meraih pendidikan yang
tinggi menjadi down. Sebagian dari
mereka beranggapan pendidikan kurang terlalu penting. Faktor lingkungan yang
membentuk mental dan psikis anak-anak Indonesia dalam melihat pentingnya
pendidikan dari sudut pendang mereka harus diperbaiki. Padahal apabila ada secuil niat dan semangat, para pendidik
siap meyambut untuk mengantarkan mereka meraih masa depan yang lebih baik
dengan sekolah. Padahal apabila mereka bersungguh-sungguh, kemampuan anak-anak
Indonesia di ladang mampu bersaing dengan anak-anak Indonesia umumnya. Di antaranya
bidang kesenian, akademis, dan life
skills.
Permasalahan pendidikan dan sosial dalam upaya
penyelenggaraan sekolah sangat wajar terjadi. Karena pendidikan selalu
bersinggungan dengan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat. Di CLC SMPT
12 Giram, permasalahan dokumentasi baik bagi siswa maupun keluarganya sering
menjadi hal yang membingungkan. Terlebih lagi ketika hal ini berkaitan dengan
data-data yang harus dilengkapi serta kebijakan dari pejabat Malaysia saat akan
melanjutkan sekolah ke tanah air Indonesia. Komunikasi dan kerjasama dengan
Konsulat Republik Indonesia Tawau sejauh ini dapat berjalan dengan baik dalam
menyikapi masalah ini. Sedangkan, terkait keberlanjutan pendidikan anak-anak
CLC kami, sedikit permasalahan yang terjadi ialah perijinan dari orang tua/wali
siswa. Beberapa orang tua belum yakin untuk melepas anaknya belajar di
Indonesia meskipun itu dengan beasiswa. Upaya pendidik meyakinkan orang
tua/wali siswa mejadi poin penting solusi masalah ini. Di sisi lain dari segi
masa depan anak-anak alumni CLC. Nasib beberapa anak yang tidak lolos seleksi
beasiswa studi lanjut menjadi problem tersendiri. Mereka hanya akan
kembali menjadi buruh ladang seusai mendapat ijazah SMP. Dan membuat psikis
mereka dan anak-anak lain berpikir jika tidak
ada bedanya sekolah dan tidak, ujung-ujungnya juga jadi buruh pungut biji sawit
di ladang. Untuk permasalahan yang ini solusi yang diperlukan cukup
kompleks. Sebagai pendidik yang bisa dilakukan adalah meluruskan mindset mereka bahwa ilmu sekecil apapun
tidak akan pernah sia-sia.
CLC SMPT 12 Giram yang baru berusia 2 tahun pelajaran
kini berada dalam tahap berkembang. Berbagai masukan dan bantuan tentunya
sangat berarti bagi kemajuan sekolah kami beberapa waktu ke depan, tidak
terkecuali kegiatan berupa pelatihan bagi Pendidik. Sebagaimana konsep bahwa
guru bukan hanya mengajar akan tetapi juga belajar, pelaksanaan pelatihan tentu
sangat sesuai untuk meng-upgrade
kemampuan guru. Hasil pelatihan (workshop)
yang diterima berupa ilmu perlu dibagikan kepada rekan guru yang lain agar
semakin bermanfaat. Serta tentunya diterapkan dalam manajemen sekolah CLC kami
guna mewujudkan visi dan misi CLC SMPT 12 Giram.
Hasil
pelatihan (workshop) merupakan ilmu yang berharga bagi perkembangan
pendidikan di tiap sekolah. Setiap rekan kolega
guru di CLC tentu memerlukannya untuk meningkatkan manajemen sekolahnya. Bagi
saya ilmu akan memudar sedikit demi sedikit jika tidak diikat melalui tulisan
dan dibukukan. Untuk itu, pembuatan dokumentasi tertulis berupa modul ataupun
buku cetak terkait hasil pelatihan (workshop)
dapat menjadi langkah alternatif penyebaran kepada rekan guru lainnya.
Kondisi pendidikan di
ladang sawit negeri jiran identik dengan anak-anak TKI legal maupun illegal.
Kasus-kasus pendidikan yang berhubungan dengan masalah dokumen-dokumen
kependudukan sering ditemukan. Dan bagi pendidik yang kurang memahami alur
penyelesaiannya hanya dapat meraba-raba solusi yang terbaik. Maka, materi
terkait hal ini sangat berguna bagi kami. Selain itu, dalam hal manajemen
sekolah, pengadaan lifeskills programme bagi peserta didik dapat
berkontribusi bagi masa depan mereka. Kesempatan beasiswa sekolah lanjut tidak
semuanya menerima. Pembekalan lifeskills
terapan yang mengarah pada wirausaha akan sangat membantu mereka. Namun, tidak
semua pendidik mampu memberikan hal ini. Untuk itu, pelatihan (workshop) berkaitan dengan
pembentukan jiwa wirausaha pada anak-anak Indonesia di ladang sawit negeri
jiran ini sangat berarti untuk meraih sejuta asa indah mereka melalui sekolah.
Aris Setianto, S.Pd., Gr.
Komentar